Info Sekolah
Sabtu, 27 Apr 2024
  • Teladan dalam Akhlak, Unggul dalam Prestasi | SMA Negeri 77 Jakarta: Sekolah Penggerak, Sekolah Ramah Anak | Jalan Cempaka Putih Tengah XVII, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
  • Teladan dalam Akhlak, Unggul dalam Prestasi | SMA Negeri 77 Jakarta: Sekolah Penggerak, Sekolah Ramah Anak | Jalan Cempaka Putih Tengah XVII, Jakarta Pusat, DKI Jakarta
26 Januari 2024

Rangkuman IHT: Refleksi Disiplin Positif

Jum, 26 Januari 2024 Dibaca 2114x Uncategorized

Hari/Tanggal: Jumat, 26 Januari 2023

Narasumber: Nurul Aulia, S.Pd.

Hukuman dan nilai adalah hal yang sangat sering kita dengar dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mendisiplinkan peserta didik. Tapi, tahukah anda bahwa hukuman dan hadiah adalah cara terendah dalam membentuk motivasi perbuatan seseorang. Lalu bagaimana cara mendisiplinkan peserta didik yang benar?

Hari ini, Jumat 26 Januari 2024, guru-guru SMAN 77 kembali melakukan In House Training (IHT) dengan topik Refleksi Disiplin Positif. Dimulai dengan pembukaan oleh MC yaitu Sensei Endah Wijayanti. Kemudian, Ibu Nestaria Rumahorbo memberikan sambutan dan penguatan tentang kedisiplinan di sekolah kita. Kemudian materi Refleksi Disiplin Positif disampaikan oleh Ibu Nurul Aulia (Guru PPKN SMAN 77 Jakarta). Diawal materi peserta IHT, yang terdiri dari 30 guru melakukan refleksi ‘bagaimana pengalaman bapak/ibu dalam mendisiplinkan peserta didik’. Jawaban ditulis dalam post it warna-warni, sehingga membuat suasana IHT semakin seru. Kemudian Ibu Nurul membacakan beberapa pengalaman bapak/ibu yang tertulis dalam post it.

Dalam pembahasan kali ini, guru-guru merefleksikan bersama apa pengertian disiplin postif secara umum. Disiplin positif adalah upaya pendidik dalam mendisiplinkan peserta didik tanpa menggunakan hukuman. Mengapa tidak diperkenankan menggunakan hukuman?

Menurut Diane Gossen dalam bukunya The Moral Value, seseorang akan melakukan sesuatu dengan 3 tingkatan motivasi, yaitu

  1. Motivasi terendah, menghindari rasa sakit. Rasa sakit dari hukuman, paksaan, rasa malu karena di tegur, dll. Rasa sakit ini akan menjadi traumatik dan menimbulkan perasaan antipati.
  2. Motivasi kedua, ingin dihargai orang lain. Seseorang melakukan sesuatu karena ingin mendapat pengakuan dari orang lain, validasi, hadiah, pujian. Semua ini akan menimbulkan efek samping rasa kecewa dan trauma jika ekspektasi pujian tidak seperti usaha yg sudah dilakukan.
  3. Motivasi tertinggi, penghargaan terhadap diri sendiri. Seseorang melakukan sesuatu karena ia meyakini nilai yang ia anut dan yakin kebenarannya. Motivasi ini tidak akan goyah dengan kondisi luar yg berbeda dg nilai yg ia anut. Motivasi ini akan lebih lama bertahan dan tidak ada efek samping. Contoh : anak yg tidak biasa menyontek, akan tetap tidak menyontek meski tidak diawasi karena ia paham nilai nilai kebaikan yang ada dan ia lakukan.

Jadi dapat disimpulkan ketika anak berbuat salah, hukuman yang ia dapatkan maka ia tidak akan berbuat salah hanya karena ingin menghindari rasa sakit, sebagai motivasi terendah seroang manusia dalam melakukan perbuatan. Maka dari itu, Diane Gossen menggambarkan penanganan peserta didik yang melakukan kesalahan dengan “Segitiga Restitusi”. Dalam melaksanakan disiplin positif, Diane Gossen mengungkapkan teori Segitiga Restitusi yaitu :

  1. Menstabilkan identitas, mengungkapkan bahwa kesalahan itu wajar, yang penting bukan kesalahannya tetapi solusinya.
  2. Validasi kebutuhan, memahami alasan seseorang melakukan sesuatu, 
  3. Melihat keyakinan/nilai yang dianut atau kesepakatan yang pernah dibuat bersama.

Sebagai penutup, Ibu Nurul Aulia mengingatkan kembali bahwa setiap manusia pasti melakukan kesalahan, karena kesalahan akan timbul ketika kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi. 5 Kebutuhan dasar manusia tersebut yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan. Peserta didik melakukan kesalahan pastilah ada alasan dibaliknya.

Mendidik dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang dianut akan menjadi sebuah motivasi perilaku seorang manusia tertinggi seorang. Karena menurut Ki Hajar Dewantara “Di mana ada kemerdekaan di situ harus ada disiplin yang kuat. Sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada di dalam suasana yang merdeka.”

Penulis: Sri Untari, S.Pd.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

 

Info Sekolah

SMA Negeri 77 Jakarta

NPSN: 20100201

Rama Darmawan Putra
Rama Darmawan Putra
5 Februari 2024
banyak anak murid yg lolos PTN di sekolah ini🤩
Harly Sukma
Harly Sukma
29 Januari 2024
Good
rachmat soesilo
rachmat soesilo
4 Desember 2023
Dhirgham Pane
Dhirgham Pane
25 November 2023
Novita Chaerani
Novita Chaerani
24 November 2023
Rifqa nabila Putri
Rifqa nabila Putri
24 Agustus 2023
maaf mau tanya, untuk masuk ke sini harus berapa ya nilai nya?
Meilanie Hardian
Meilanie Hardian
24 Agustus 2023
Sekolah ramah anak dan bertabur prestasi. Hampir 100% lulusan SMAN 77 diterima di PTN dan beasiswa di PTS ternama. Guru2 terbaik dan fasilitas yang keren. The bestlah..bangga pernah menjadi bagian dari 77 Douven. Maju terus SMAN 77 JAKARTA 💙
Tauhid Hidayat
Tauhid Hidayat
6 Juli 2023
Fr Gg
Fr Gg
3 Juli 2023