Hari/Tanggal: Jumat, 26 Januari 2023
Narasumber: Nurul Aulia, S.Pd.
Hukuman dan nilai adalah hal yang sangat sering kita dengar dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mendisiplinkan peserta didik. Tapi, tahukah anda bahwa hukuman dan hadiah adalah cara terendah dalam membentuk motivasi perbuatan seseorang. Lalu bagaimana cara mendisiplinkan peserta didik yang benar?
Hari ini, Jumat 26 Januari 2024, guru-guru SMAN 77 kembali melakukan In House Training (IHT) dengan topik Refleksi Disiplin Positif. Dimulai dengan pembukaan oleh MC yaitu Sensei Endah Wijayanti. Kemudian, Ibu Nestaria Rumahorbo memberikan sambutan dan penguatan tentang kedisiplinan di sekolah kita. Kemudian materi Refleksi Disiplin Positif disampaikan oleh Ibu Nurul Aulia (Guru PPKN SMAN 77 Jakarta). Diawal materi peserta IHT, yang terdiri dari 30 guru melakukan refleksi ‘bagaimana pengalaman bapak/ibu dalam mendisiplinkan peserta didik’. Jawaban ditulis dalam post it warna-warni, sehingga membuat suasana IHT semakin seru. Kemudian Ibu Nurul membacakan beberapa pengalaman bapak/ibu yang tertulis dalam post it.
Dalam pembahasan kali ini, guru-guru merefleksikan bersama apa pengertian disiplin postif secara umum. Disiplin positif adalah upaya pendidik dalam mendisiplinkan peserta didik tanpa menggunakan hukuman. Mengapa tidak diperkenankan menggunakan hukuman?
Menurut Diane Gossen dalam bukunya The Moral Value, seseorang akan melakukan sesuatu dengan 3 tingkatan motivasi, yaitu
Jadi dapat disimpulkan ketika anak berbuat salah, hukuman yang ia dapatkan maka ia tidak akan berbuat salah hanya karena ingin menghindari rasa sakit, sebagai motivasi terendah seroang manusia dalam melakukan perbuatan. Maka dari itu, Diane Gossen menggambarkan penanganan peserta didik yang melakukan kesalahan dengan “Segitiga Restitusi”. Dalam melaksanakan disiplin positif, Diane Gossen mengungkapkan teori Segitiga Restitusi yaitu :
Sebagai penutup, Ibu Nurul Aulia mengingatkan kembali bahwa setiap manusia pasti melakukan kesalahan, karena kesalahan akan timbul ketika kebutuhan dasar manusia tidak terpenuhi. 5 Kebutuhan dasar manusia tersebut yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan. Peserta didik melakukan kesalahan pastilah ada alasan dibaliknya.
Mendidik dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan yang dianut akan menjadi sebuah motivasi perilaku seorang manusia tertinggi seorang. Karena menurut Ki Hajar Dewantara “Di mana ada kemerdekaan di situ harus ada disiplin yang kuat. Sungguh disiplin itu bersifat self disiplin, yaitu kita sendiri mewajibkan dengan sekeras-kerasnya. Dan peraturan yang sedemikian itu harus ada di dalam suasana yang merdeka.”
Penulis: Sri Untari, S.Pd.
Tinggalkan Komentar